Puncak Laine: Alam Pegunungan yang Tersembunyi

Kabupaten Kepulauan Sitaro banyak memiliki destinasi wisata yang menakjubkan dan menjadi tujuan wisatawan salah satunya adalah Destinasi Wisata Puncak Laine di Desa Lai Kecamatan Siau Tengah layak untuk mendapat perhatian sebagai salah satu destinasi wisata yang menakjubkan dimana pemandangan alam dan udara sejuk pegunungan yang disajikannya bisa membuat siapa saja terpesona.

Untuk mencapai puncak Laine, pengunjung bisa menggunakan kendaraan roda 2 sedangkan bagi yang menggunakan kendaraan Roda 4 masih harus melanjutkan dengan berjalan kaki kurang lebih 200 meter melewati jalan setapak yang menanjak yang membuat perjalanan anda menjadi lebih menantang.

Pemandangan yang dapat dilihat dari puncak Laine, yang menampilkan lanskap yang penuh dengan keindahan alam dengan puncak Gunung Berapi “Karangetang” yang menjulang ke langit yang cerah dan diwaktu yang tepat, anda juga bisa melihat terbitnya matahari, menambah pengalaman anda.

MENELUSURI JEJAK LELUHUR "ISTANA KATUTUNGANG"

Lapangan di Lokasi Istana Katutungang yang menjadi tempat
dilaksanakannya sayembara Putri Basilawewe


Istana Katutungang merupakan sebuah Istana Kerajaan Siau Pertama yang dibangun pada Abad ke XV (1510) oleh Raja Lokongbanua II. Dengan lokasi yang berbentuk Segitiga Sama Kaki yang terletak di atas Bukit dengan ketinggian kurang lebih 110 meter dari Permukaan Laut dan sekarang ini berada di Wilayah Kampung Paseng Kecamatan Siau Barat Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.

Katutungang berasal dari kata "natutung" berarti "terbakar" dimana jika dilihat dari arah laut orang bisa melihat ada nyala api yang begitu terang seolah-olah tempat ini sedang terbakar. Hal ini disebabkan karena pada lokasi Istana Katutungang ini terdapat dua obor besar atau yang disebut dengan "padamara". Paramara ini berfungsi sebagai penanda bagi keberadaan Katutungang sebagai Istana Raja Lokong Banua II.

MENEULUSURI JEJAK LELUHUR "BATU SIAU" BEONG



Batu Siau Di Beong
Pada lokasi ini terdapat 2 buah batu yang terpisah yang satunya disebut "BATU PEREMPUAN" dan "BATU LAKI-LAKI". Menurut cerita masyarakat di sekitar lokasi Batu ini bahwa lokasi batu ini dahulunya merupakan tempat pemujaan atau penyembahan dari orang-orang jaman dulu yang masih menganut kepercayaan Sundeng.

Apabila tempat atau lokasi disekitar batu ini dibersihkan maka akan bertiup angin kencang dan disertai dengan hujan.

KISAH NYATA TANJUNG "BUKPARA"


KISAH NYATA TANJUNG “BUKPARA”

20 OKTOBER 1999 – 27 NOVEMBER 1999



            Tanjung “BUKPARA” ada sebuah tanjung yang terletak di atas mata air panas pantai Lehi. Sebelumnya nama Tanjung ini bernama “Bowong Ake Mateti” dan masuk dalam wilayah dusun III (Mini) Desa Lehi. Pada tahun 1999 terjadi longsor yang diakibatkan oleh pengerukan alat-alat berat pasca dibangunnya jalan provinsi. Batu-batu yang berukuran besar dengan bobot kurang lebih 30 sampai dengan 40 ton berjatuhan dari tebing dan menutup akses jalan yang menghubungkan Desa Induk yaitu Desa Lehi dengan anak desa yakni Dusun III (Mini) dan seluruh desa-desa yang berada di bagian utara.