Pantai Bahu |
Pada zaman dahulu Kampung Talawid konon ceritanya orang Talawid berasal dari Eneraha yang sekarang Lindongan 4 Kampung Mahuneni. Pada zaman itu ada seorang Belanda yang hidup bersama dengan mereka, suatu waktu datang musim kemarau yang panjang dan penduduk sulit mendapatkan air. Kemudian muncul seorang yang biasa pekerjaannya sebagai pemburu mengatakan bahwa ia bertemu dengan mata air yang ada di Bulude. Secara serentak masyarakat langsung datang ke tempat yang ada mata air itu.
Dalam perjalanan yang panjang, mereka melalui lereng-lereng gunung yang terkadang naik atau turun serta di samping kiri-kanan jurang dan tebing yang silih berganti. Seorang yang berasal dari Negara Belanda ikut bersama-sama mereka. Karena begitu jauh perjalanan menuju ke mata air itu, seorang Belanda yang bersama-sama dengan penduduk kampung itu berkata : "Tala – Awi" yang berarti: Tidak Bisa Naik.
Suatu hari mereka sepakat pindah tempat untuk mendekati mata air itu, sebagian tinggal di bawah gunung itu dan sebagian naik ke Bulude, untuk dengan air.
Ketika mereka telah menatap dan tinggal di Bulude ada seorang yang melihat suatu dataran pantai yang indah, maka ia langsung menelusurinya, dan karena terlihat baik untuk tinggal disitu ia pun menatap di pantai itu.
Penduduk yang ada di Bulude itupun melihat itupun melihat dan mendengar bahwa ada pantai yang panjang dan lebar, maka dengan secara berangsur mereka pun turun di pantai karena begitu panjang dan lebar pantai itu maka mereka menyebut: Mahuene; yang berarti banyak pasir.
Mereka hidup dan membentuk masyarakat kecil dengan peradaban mereka, karena susah dan derita yang pernah dialami maka teringat peristiwa yang sangat sulit kala itu. Mereka satu sama lain selalu menyebut Tala Awi suatu pertanda bahwa tidak bisa naik lagi.
Dalam perkembangannya kemudian mereka membentuk adat istiadat dan menyebut tempat mereka Tala Awi.
Adapun terjadi nama lain atau sebutan lain Kampung Talaawi saat itu adalah karena dikenal dengan pantainya yang lebar dan panjang sehingga tercapai kata: Mahuene (banyak pasir).
Pada suatu ketika Kampung ini ditimpa penyakit (Demam Berdarah) karena banyaknya Nyamuk yang muncul dan tersebar di seluruh penjuru Kampung, masyarakat saat itu menyebut “Matenni” (Mahuneni). Sebutan itu masyarakat dan sampai sekarang orang tetap menyebut kampung ini Mahuneni atau Matenni.
Sehingga pada satu sisi harus diakui Talaawi yang menjadi Talawid menurut Sejarah dan Matenni yang menjadi Mahuneni adalah bagian dari sebutan pemahaman orang tua dulu.
Kemudian oleh Pemerintah Sangihe dalam rangka persiapan Otonomisasi Daerah menuju Kabupaten “Sitaro” Kampung Talawid dimekarkan menjadi dua :
1.Kampung Talawid
2.Kampung Mahuneni Tahun 2006
Dalam perjalanan yang panjang, mereka melalui lereng-lereng gunung yang terkadang naik atau turun serta di samping kiri-kanan jurang dan tebing yang silih berganti. Seorang yang berasal dari Negara Belanda ikut bersama-sama mereka. Karena begitu jauh perjalanan menuju ke mata air itu, seorang Belanda yang bersama-sama dengan penduduk kampung itu berkata : "Tala – Awi" yang berarti: Tidak Bisa Naik.
Suatu hari mereka sepakat pindah tempat untuk mendekati mata air itu, sebagian tinggal di bawah gunung itu dan sebagian naik ke Bulude, untuk dengan air.
Ketika mereka telah menatap dan tinggal di Bulude ada seorang yang melihat suatu dataran pantai yang indah, maka ia langsung menelusurinya, dan karena terlihat baik untuk tinggal disitu ia pun menatap di pantai itu.
Penduduk yang ada di Bulude itupun melihat itupun melihat dan mendengar bahwa ada pantai yang panjang dan lebar, maka dengan secara berangsur mereka pun turun di pantai karena begitu panjang dan lebar pantai itu maka mereka menyebut: Mahuene; yang berarti banyak pasir.
Mereka hidup dan membentuk masyarakat kecil dengan peradaban mereka, karena susah dan derita yang pernah dialami maka teringat peristiwa yang sangat sulit kala itu. Mereka satu sama lain selalu menyebut Tala Awi suatu pertanda bahwa tidak bisa naik lagi.
Dalam perkembangannya kemudian mereka membentuk adat istiadat dan menyebut tempat mereka Tala Awi.
Adapun terjadi nama lain atau sebutan lain Kampung Talaawi saat itu adalah karena dikenal dengan pantainya yang lebar dan panjang sehingga tercapai kata: Mahuene (banyak pasir).
Pada suatu ketika Kampung ini ditimpa penyakit (Demam Berdarah) karena banyaknya Nyamuk yang muncul dan tersebar di seluruh penjuru Kampung, masyarakat saat itu menyebut “Matenni” (Mahuneni). Sebutan itu masyarakat dan sampai sekarang orang tetap menyebut kampung ini Mahuneni atau Matenni.
Sehingga pada satu sisi harus diakui Talaawi yang menjadi Talawid menurut Sejarah dan Matenni yang menjadi Mahuneni adalah bagian dari sebutan pemahaman orang tua dulu.
Kemudian oleh Pemerintah Sangihe dalam rangka persiapan Otonomisasi Daerah menuju Kabupaten “Sitaro” Kampung Talawid dimekarkan menjadi dua :
1.Kampung Talawid
2.Kampung Mahuneni Tahun 2006