Wisata Budaya




UPACARA ADAT TULUDE
(Setiap Tanggal 31 Januari)



Tulude adalah Upacara Adat sekaligus juga merupakan suatu pesta rakyat. Pada setiap perayaan Tulude diundang tamu-tamu kehormatan yang biasanya merupakan pejabat atau tokoh masyarakat yang berjasa bagi daerah, serta masyarakat umum. Salah satu bagian penting dalam upacara adat Tulude adalah pemotongan Kue Tamo. Pemotongan dan pembagian Kue Tamo ini memiliki makna mendalam, diantaranya sebagai bentuk penghargaan dan kebersamaan. Untuk prosesi Kue Tamo – mulai dari cara membawa, memotong dan membaginya memiliki tatacara sendiri yang unik. Acara ini melibatkan rombongan pembawa Kue Tamo, barisan pengiring, tari-tarian, serta Pentua Adat yang mengucapkan pesan-pesan dalam bahasa daerah yang halus (bahasa asli yang digunakan orang-orang tua dulu). Kelompok masyarakat penyelenggara secara gotong-royong menyediakan jamuan makanan, dimana setiap orang yang datang dapat ikut menikmatinya dalam suasana akrab dan gembira. selama tahun yang akan berjalan, masyarakat etnis Sangihe melaksanakan acara adat yang disebut “Tulude”. Warisan tradisional yang bertendensi syukuran dalam bentuk upacara adat sekaligus pesta rakyat ini, diselenggarakan sebagai bentuk pernyataan syukur atas perlindungan Tuhan Semesta Alam (I Ghenggona Langi) pada tahun yang sudah berlalu, permohonan berkat dan kesuksesan untuk tahun baru yang sedang dijalani, serta permintaan agar dijauhkan dari penyakit, bencana dan perselisihan dalam masyarakat. Upacara adat Tulude ini disebut juga “Saliwangu wanua”.

Walau Tulude diadakan dalam konteks perayaan pergantian tahun baru, namun waktu pelaksanaannya sendiri tidak jatuh pada tanggal 31 Desember pukul 00.00, sebagaimana lazimnya perayaan menyambut tahun baru. Tulude biasanya diadakan pada akhir bulan pertama tahun yang baru berjalan, yaitu tanggal 31 Januari. Hal ini antara lain disebabkan oleh faktor-faktor berikut :

– Sejak tanggal 31 Desember tahun sebelumnya sampai minggu pertama Januari, masyarakat biasanya telah disibukkan dengan kegiatan perayaan tahun baru yang dilaksanakan secara umum. Disaat itu orang sibuk untuk pesiar, menerima tamu, dan berjumpa dengan keluarga, sahabat dan handai taulan.
 
– Kata “Tulude” mengacu pada posisi bintang fajar (Kadademahe) yang tegak lurus 90o yang diyakini terjadi tepat pada pukul 00.00 tanggal 31 Januari setiap tahun, atau nama bulan keempat dilangit menurut perhitungan ilmu astronomi-nya etnis Sangihe. Bulan keempat yaitu Tulude menurut dialek masyarakat Tagulandang disebut atau “Tuluri” sedangkan menurut dialek masyarakat Talaud disebut dan “Lattu”.

– Adanya pengaruh dari kebiasaan yang berlaku di kabupaten induk, yaitu Kabupaten Kepulauan Sangihe. Walaupun Tulude telah dikenal masyarakat Sangihe jauh sebelum pemerintahan terbentuk, tapi dalam pelaksanaannya kemudian disesuaikan dengan hari peringatan berdirinya pemerintahan Kabupaten Kepulauan Sangihe yaitu tanggal 31 Januari 1425. Selain itu, pada tahun 1994 melalui temu budaya yang disponsori tokoh adat etnis Sangihe disepakati bahwa tanggal 31 Januari merupakan hari besar pesta rakyat sehingga sehari penuh dimanfaatkan dalam rangka kegiatan perayaan Tulude. Yaitu mulai dari pukul 06.00 yang dimulai dengan pemberitahuan disertai bunyi tagonggong dengan tabuhan irama ganding, yang melewati jalan-jalan di pemukiman penduduk. Acara utama biasanya dimulai pukul 18.00, yang didahului dengan kegiatan persiapan serta penyambutan tamu kehormatan.

Tetapi bisa saja karena pertimbangan-pertimbangan tertentu waktu pelaksanaan upacara adat Tulude diubah, khususnya bila terjadi hal-hal yang bersifat force major atau diluar kemampuan manusia. Asalkan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan penuh hikmat, sudah mencapai esensi dari tujuan penyelenggaraan Tulude yaitu sebagai upacara adat dan pesta rakyat yang diwariskan dari generasi ke generasi.