"Gotong Royong" adalah sebuah tradisi kerjasama yang masih dilakukan dalam kehidupan masyarakat kita. Baik itu dilakukan dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Pada dasarnya ketika manusia mulai hidup bersama dengan manusia lain, maka disanalah mulai bertumbuh rasa saling ketergantungan satu dengan yang lain, yang berwujud pada saling tolong menolong, saling menerima, saling membagi, saling mendukung dan saling membangun. Karena hakekat keberadaan manusia itu adalah makhluk sosial.
Tetapi kadangkalah terjadi kesenjangan sosial, dimana ada orang yang menganggap dirinya lebih kuat dari orang lain sehingga yang terjadi adalah mereka yang kuat menjadi hakim bagi mereka yang lemah. "Saat Anda Menghakimi Orang Yang Lemah, Anda Tidak Akan Punya Waktu Untuk Mencintai Mereka". Seharusnya mereka yang kuat wajib menanggung yang lemah, bukan mencari kesenangan sendiri tapi saling membangun dan menerima.
Marilah kita saling menghargai keanekaragaman yang ada pada kita, apakah itu status, jabatan, pangkat dan sebagainya. Begitu pun saling menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing kita. Sementara itu yang kuat terajak untuk membangun yang lemah. Pada prinsipnya dalam kepelbagaian kita terajak untuk saling menghargai dan saling menghormati tanpa menganggap diri lebih dari orang lain. Karena kejatuhan manusia terjadi ketika dia sudah mulai menggap dirinya lebih dari yang lain. "Kebahagiaan yang diperoleh dari motif-motif yang mementingkan diri sendiri, di luar jalan yang benar, tidak baik adanya dan tidak pasti, serta hanya sebentar saja; kebahagiaan itu berlalu, sehingga jiwa dipernuhi rasa kesunyian dan duka. Tetapi kebahagiaan akan diraih manakalah manusia menganggap pentingnya manusia lain. Itulah sebabnya kita harus dibawa pada kesadaran untuk menjadi diri kita sebagai berkat bagi orang lain, siapapun dan apapun dia tanpa perbedaan di tengah-tengah dunia yang nilai kesehatiannya semakin terkikis.
Tetapi kadangkalah terjadi kesenjangan sosial, dimana ada orang yang menganggap dirinya lebih kuat dari orang lain sehingga yang terjadi adalah mereka yang kuat menjadi hakim bagi mereka yang lemah. "Saat Anda Menghakimi Orang Yang Lemah, Anda Tidak Akan Punya Waktu Untuk Mencintai Mereka". Seharusnya mereka yang kuat wajib menanggung yang lemah, bukan mencari kesenangan sendiri tapi saling membangun dan menerima.
Marilah kita saling menghargai keanekaragaman yang ada pada kita, apakah itu status, jabatan, pangkat dan sebagainya. Begitu pun saling menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing kita. Sementara itu yang kuat terajak untuk membangun yang lemah. Pada prinsipnya dalam kepelbagaian kita terajak untuk saling menghargai dan saling menghormati tanpa menganggap diri lebih dari orang lain. Karena kejatuhan manusia terjadi ketika dia sudah mulai menggap dirinya lebih dari yang lain. "Kebahagiaan yang diperoleh dari motif-motif yang mementingkan diri sendiri, di luar jalan yang benar, tidak baik adanya dan tidak pasti, serta hanya sebentar saja; kebahagiaan itu berlalu, sehingga jiwa dipernuhi rasa kesunyian dan duka. Tetapi kebahagiaan akan diraih manakalah manusia menganggap pentingnya manusia lain. Itulah sebabnya kita harus dibawa pada kesadaran untuk menjadi diri kita sebagai berkat bagi orang lain, siapapun dan apapun dia tanpa perbedaan di tengah-tengah dunia yang nilai kesehatiannya semakin terkikis.