Bpk Rosta - Juru Pelihara Makam Raja Jacob Ponto
Photo: Agus Mulyana
|
Meski seluruh kerajaan, kedatuan dan kesultanan se Nusantara hidup dalam penjajahan bangsa-bangsa barat hingga berabad-abad lamanya, akan tetapi di Istana Kerajaan Siau, hingga tahun 1866 penggunaan bendera Seka Saka masih terus menjadi tradisi dan nilai-nilai simbolik dari perjuangan di segala bidang.
Makam Raja Jacob Ponto. Photo Agus Mulyana
|
Ketika pada tahun 1850, saat Raja Nicolaas Ponto wafat, sulit dicari penerus tampuk pemerintahan raja, karena Raja Nicolaas tidak mempunyai keturunan. Maka berkumpullah anggota Komolang Bobatu Datu atau sejenis Majelis Permusyawaratan Kerajaan untuk memilih raja baru. Majelis menelisik keturunan dari adik kandung Nicolaas yang menetap di Bolaangitang. Sehingga lahirlah kesepakatan majelis untuk mengutus Dulag Kansil ke Bolaangitang. Dulag Kansil berhasil menemui saudara kandung Raja Nicolaas yang bernama Daud Ponto, kemudian memboyong putera Daud Ponto ke Siau dan diangkat oleh Majelis Permusyawaratan Kerajaan pada tahun 1850. Sejak itu, untuk pertama kali, Kerajaan Siau dipimpin oleh seorang raja yang beragama Islam dan diterima oleh seluruh penduduk kerajaan yang beragama Katolik dan Protestan.
Selengkapnya di: http://www.kompaq.id/berita-setiap-17-agustus-warga-sangkanurip-cirebon-melaksanakan-upacara-bendera-di-makam-raja-siau.html#ixzz5OfTSdKpB